Berkah ramadhan itu bagi ku bisa dilihat di hari raya.

Setelah kemarin berlebaran dirumah bu Ayu, hari ini kami masih mendapatkan keberkahan 'hari lebaran.' Kami diundang untuk halal bi halal dirumah teh Iis, keluarga Indo-Turk yang lain. Sama seperti bu Ayu, teh Iis juga, selama ramadhan, pernah mengundang kami untuk buka puasa bersama dirumahnya.

Kesimpulan lain yang ku dapatkan selama berada di Turki ini adalah ternyata orang Indonesia itu rasa kemanusiaannya tinggi sekali. Kalau ada yang bilang rasa kemanusiaan di Indonesia sudah hilang itu salah besar! Hanya saja itu belum terlihat atau orang-orang Indonesia belum punya kesempatan untuk menunjukkannya. Kebobrokan segelintir orang telah membuat kita dengan mudahuntuk men-generalisasi-kan keadaan suatu lingkungan, yang itu bukanlah hal yang baik.

Kalau ku boleh cerita, orang Indonesia yang kutemui disini (read: Turki) hampir semua adalah ciri-ciri orang Indonesia yang idealis yang dapat memajukkan Indonesia. Kalau saja para penghuni Indonesia yang dipanggil 'orang Indonesia' itu memiliki rasa peduli dan etika yang sama seperti mereka, aku yakin Indonesia sudah maju daru dulu. Definisi negara maju bukan hanya infrasturktur yang baik tapi juga warga yang memiliki kepedulian antar sesama. Memiliki kepedulian untuk menjaga infrastruktur yang ada.

Balik lagi ke acara halal bi halal.
Biasanya kalau sudah acara lebaran, kita sering terbawa suasana oleh euphoria makan-makan. Tapi terlepas dari itu, banyak sekali hal yang membuatku bersyukur dan menyadari bahwa Islam benar-benar menjaga umatnya. Memfasilitasi umatnya dalam segala kondisi. Seperti kali ini, meninggalkan kelurga selama dua tahun lebih bukanlah perkara mudah, melalui acara lebaran seperti ini Islam telah memperbaiki sisi psikologis pemeluknya. Andai saja tidak ada acara lebaran seperti ini, entahlah bagaimana kondisi psikologis kami.

Alhamdulillah, Allah mengirimkan pengganti keluarga secara imosional disini. Walaupun keberadaan keluarga tidak pernah bisa tergantikan. Selama berpegang teguh kepada Islam, tak ada yang perlu ditakutkan. Akan ada jalan untuk semua kenduhan.

Mohon maaf lahir dan batin.


*******

Awalnya niat banget mau nulis journal selama bulan ramadhan penuh tapi ternyata ngga bisa-bisa. Ada aja alasan untuk ngga bisa nulis. Mulai dari buka diluar terus. Kalau siang gak bisa konsen. Konsentrasi bentrok sama lapar. Tapi 10 hari terakhir akhirnya bertekad lagi untuk nulis. At least, ada lah yang bisa diceritakan kediri sendiri dimasa depan tentang lebaran disini.

Fungsi nulis itu buat aku adalah mnemonic dan juga kepuasan batin. Pasti lucu kalau suatu hari baca tulisan ini. Lucu menyadari betapa tololnya cara munulis dimasa itu. Hmm.. Satu lagi fungsinya untuk hiburan. Terhibur dengan cara menulisnya yang aneh.

Happy Eid, mohon maaf lahir dan batin.

#10. "Mohon Maaf Lahir Batin"

Tadinya bayangan lebaran hari ini masih abu-abu. Tapi akhirnya ada juga perhalatan besar yang akan dilaksanakan. Untuk persiapan perhalatan besar itu aku, Emen, mba Pipienk, Dewi, dan mas Maulana harus begadang sampe pagi, dimalam takbiran. Hehehe…

Perhalatan besarnya adalah makan-makan ala Indonesia! (horee)

Rencananya besok pagi setelah shalat ied kami akan berkumpul dirumah Ibu Ayu, salah satu keluarga Indo-Turk di Izmir. Saya dan kelima orang yang bergandang (yang sudah disebutkan diatas) datang sehari lebih awal. Kami harus menginap disana untuk menyiapkan makanan untuk besok pagi. Menu yang akan dibuat adalah lontong, soto ayam, bakwan, capcay dan lain-lain. Kalau nggak bisa membayangkan betapa special-nya makanan ini, sudahlah! Ini adalah syurga bagi kami.

Selama ramadhan ini bu Ayu dan keluarga sangat berjasa bagi kam, mahasiswa Indonesia di Izmir. Tempat tinggal beliau sering kami gunakan untuk tempat singgah, tempat berkumpul, tempat buka bersama. Bahkan acara buka bersama yang pertama kali saja dilakukan disana. Acara itu juga sekaligus adalah acara doa bersama untuk kelahiran anak pertama bu Ayu; yang Alhmdulillah sudah lahir dengan selamat beberapa hari sebelum lebaran. Selamat bu Ayu. Semoga anaknya mejadi anak yang solehah, sayang (berbakti kepada) orangtua. Dan juga terimakasih atas semuanya. Terimakasih karena puasa kali ini tak seburuk tahun lalu. Setidaknya masih bisa sedikit merasakan puasa ala Indonesia.

******

Setelah sebulan lamanya melaksanan rukun islam yang ketiga, berpuasa dibulan ramdhan, akhirnya inilah hari kemenangan. Hari yang fitri. Betapa aku bersyukur telah terlahir sebagai orang Indonesia dengan budaya yang sangat kaya. Budaya yang sangat kaya, bahkan untuk urusan agama. Budaya lebaran yang sangat melekat dihati, yang selalu dirindukan. Meriahnya lebaran di Indonesia itu tiada tandingannya. Betapa aku ingin pulang hanya untuk merayakannya. Inshaa Allah ada waktunya.

Kini, ketika berada jauh dari Indonesia, rasa kangen itu tumbuh lebih rindang. Bahkan untuk menumbuhkan kerindangan itu, terkadang, air dadakan pun turun dipipi.

Alhamdulillah hari ini rasa itu bisa tercipta lagi, walaupun di negeri asing. Bersama keluarga besar PPI Izmir kami menciptakan kebahagian itu lagi dengan acara makan-makan makanan Indonesia di rumah bu Ayu. Terimakasih untuk hari ini. Terimakasih untuk menghentikan air mata ini.

Mohon maaf lahir batin. Maafkan segala kesalahan yang disengaja ataupun tak disengaja.

******
Untuk shalat ied kami (saya, Emen, mas Maulana, dan suami bu Ayu) shalat di mesjid dekat rumahnya. Jaraknya sekitar 15 menit berjalan kaki. Masalahnya adalah untuk kamu hawa. Di Turki, kau hawa tidak pernah ikut shalat ied. Ini adalah permasalahan budaya. Karena mba Pipienk dan Dewi ingin sekali ikut shalat Ied, katanya mereka juga sudah tidak shalat ied tahun lalu, mas Maulana mencoba untuk menghubungi pak Imam mesjid. Mungkin  ada tempat khusus kaum hawa yang bisa digunakan untuk shalat.  

Setelah mendatangi tempat tinggalnya ternyata pak Imam sedang tidak ditempat. Untung saja ada yang memberi no teleponnya. Setelah menelpon si pak Imam akhirnya memastikan bahwa ada tempat yang bisa mereka gunakan untuk shalat. Katanya besok pagi mereka harus datang cepat. Lebih awal dari jemaah laki-laki dan pulang lebih akhir, ketika para lelaki sudah pulang semua.

Gambaran: isi dalam mesjid di Turki tidak sama dengan di Indonesia. Di Indonesia tempat shalat kaum lelaki dan perempuan hanya dipisahkan oleh hijab dan batasnya itu cukup luas. Kalau di Turki, tempat shalat kaum hawa sangat terbatas. Hanya sepetak dibagian pintu dan itupun sangat tertutup. Bentunya itu seperti kamar.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahil hamd….

Alhamdulillah shalat ied kali ini berjalan lancar. Walapun perasaan sangat berbeda. Ini seperti bukan shalat ied. Ditambah lagi rasa kantuk yang luar biasa. Semalam belum tidur atau kalaupun tidur hanya tak sampai satu jam. Tapi Alhmdulillah acara berkumpul setelah shalat ied ini sangat membantu mengurangi rasa lelah dan kantuk. Worth it lah…

Setelah shalat ied aku juga mencoba menelpon keluarga di Indonesia. Rencana awal mau skype-an tapi ternyata jaringan internet disana tidak mendukukung. Akhirnya nelpon lewat voip adalah satu-satunya pilihan.

Selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin.



 
#9. H-2 Lebaran

Bitter. Bitter. Bitter. Tasteless.
Kalau diibaratkan makanan inilah gambaran ramadhan -dan sebentar lagi lebaran- tahun kali ini. Walaupun secara teknis tetap berpuasa tapi tetap saja euphoria dan kenikmatan yang dulu pernah ada tidak terasa.

 "Kemana rasa itu?!," hysterically shouted.

Beralasan sih. Aku memang sedang tidak berada di tanah air. Tidak sedang dengan keluarga. Bahkan menurut teman yang sempat pulang tahun sebelumnya, katanya semua memang telah berubah. Lebran di tanah airpun sudah tak seperti dulu lagi.  "Kamu tidak akan pernah merasakan euphoria lebaran seperti masa kecil," he insisted.

Lalu yang merubah semua ini umur, kah? Dewasa telah merenggut kebahagian semua anak. They used to be happy but adultness took it over. 

Untuk saat ini aku nggak bisa yakin dengan alasan itu. Sampai sekarang -yang kusalahkan- masihlah tempat tinggalku saat ini. "Ini pasti masalah tempat aja! Kalau sekarang aku di Indonesia, aku yakin bisa merasakan "rasa" itu lagi.

Nah, di hari H-2 lebaran ini aku mencoba mengingat dan mengulang kembali kebiasaan saat di Indonesia. H-2 biasanya adalah hari belanja. Hari untuk membeli baju lebaran. Untuk itu, aku dan Emen berencana untuk main ke Optimum, salah satu pusat perbelanjaan di Izmir. Tujuan awalnya sih mau lihat-lihat saja. Ada terbesit keinginan untuk beli baju baru juga sih, untuk dikenakan pada shalat Ied.

Setelah sampai di Optimum, terang sudah! Ini benar-benar lebaran ala Indonesia sekali. Tebakku, jumlah manusia yang ada disana, ku tebak, lebih dari seribu orang. Bahkan disetiap toko baju dengan bermacam merek itu, semua penuh. Untuk lebih yakinnya lagi lihat saja di fitting room-nya. Penuh,macet, dan merayap. Antrian panjang…….. pun tak terelakkan. Jadi malas masuk ke tokonya. Padahal ada beberapa yang mengena dihati tapi untuk nyobanya harus ngantri panjang. Huff..

Kalau cuma budaya belanja seperti ini aja sih aka nggak kangen. Ada satu perasaan 'kehilangan' akan satu hal penting yang tak tergambarkan. Sulit untuk dijelaskan. Mungkin semua kita tahu apa itu, hanya saja sulit untuk digambarkan dalam kata-kata.
Should I say I hate being adult!


#8. Jalan-jalan ke Ephesus

Tak pernah ada bayangan untuk jalan-jalan, disiang bolong, lagi puasa pula, dan ituke Ephesus. Dan tidak mungkin juga untuk jalan-jalan dimalam hari.

Tiba-tiba di sore hari, setelah selesai berbuka puasa, ada telepon masuk dan itu dari mas Bayu, salah satu mahasiswa Indonesia di Izmir. Tiba-tiba dia menawarkan untuk jalan-jalan ke Ephesus. Katanya, dia sudah beli tiket kereta tapi karena ada suatu halangan dia tidak jadi pergi. Sedangkan alasan awalnya ke Ephesus adalah untuk menemani temannya yang baru datang dari Prancis yang khusus datang ke Turki untuk jalan-jalan.

Setelah pikir panjang akhirnya akupun mengiyakan. Sejak dulu aku memang sudah punya rencana untuk main kesana. Hanya saja belum mendapatkan kesempatan dan waktu yang tepat. "mungkin sekarang adalah waktu yang tepat," pikirku.

Waktu sudah bilang iya aku jadi ingat kalau muze kart (kartu musiumku) sudah expired. Sebenarnya tidak terlalu mahal untuk memperpanjang. Hanya 20TL tapi saat ini aku benar-benar lagi tidak punya uang. Setelah menceritakan nasib muze kart- ku akhirnya dia menyanggupi biaya perpanjangannya. Katanya, biar uangnya dia yang beri. Ya sudah, kataku. Rasanya tak ada lagi alasan untu menolak pergi. Hanya saja cuaca musim panas kali ini, ditambah fakta bahwa saat ini saya sedang puasa, meragukan. Apakah akan sanggup berjalan. Apapun alasannya puasa tidak boleh batal!

Untuk menuju Ephesus bisa menaiki kereta dari Izmir. Butuh waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai ke tempat tujuan. Nah, karena jadwal untuk pergi ke Ephesus adalah besok pagi sedangkan tiket kereta masih di mas Bayu. Mas Bayu tinggal di asrama, sementara saya tinggal dirumah teman yang jaraknya lumayan jauh. Setelah berpikir panjang akhirnya si-tiket dititipkan ketemannya mas Bayu yang kebetulan besok pagi akan kekampus melewati stasiun kereta itu. Kami janjian untuk ketemu disana maksimal jam 9.00 sudah disana. Karena kereta berangkat jam 9.00.

Ternyata teman mas Bayu telat datang 5 menit setelah kereta pergi. Mba Mutiya, temannya mas Bayu, juga sudah naik dalam kereta yang berarti kami nggak pergi bersama. Lebih-lebih dia, mba Mutia, nggak punya nomor HP Turki yang membuat urusan makin rumit. Sebenarnya tidak ada yang parah, hanya saja dia tidak bisa berbahasa Turki, yang mungkin akan sulit untuk jalan-jalan.

Mau tidak mau akhirnya saya harus menaiki kereta jam selanjutnya. Setelah bertanya ke petugas stasiun katanya jam selanjutnya itu jam 11.20, yang berarti mba Mutia akan menunggu selama dua jam di stasium Selcuk, Ephesus. Untungnya dia usaha untuk beli kartu telepon umum untuk menghubungi saya . Kalau tidak mungkin kami akan jalan sendiri-sendiri.

Oh iya teman mas Bayu itu mahasiswa S2 di Prancis yang dengan ikut student exchange untuk program double degree. Dia cerita kalau dia sudah setahun di Prancis dan study-nya sudah selesai. Sebelumnya dia juga sudah kuliah setahun di ITB selama setahun yang berarti nanti dia akan dapat dua ijazah. Dari kampus asal (ITB) dan juga kampus tamu (yang di Prancis.)

Di Turki dia lagi jalan-jalan "sebelum pulang kampung," katanya. Sebelumnya dia juga sudah ke Maroko, Spanyol dan negara-negara lainnya.

*******

Ephesus adalah salah satu reruntuhan kota tua Yunani yang berjarak sekitar satu setengah jam, jalur kereta, dari Izmir. Untuk menuju kesana anda perlu mengeluarkan budget cukup murah, sekitar 6 TL sekali jalan. Kalau dirupiahkan sekitar 30 ribu. Untuk mempermudah perjalanan, disarankan untuk membeli tiket PP sekalian. Tidak perlu pusing, jam di tiket bukan patokan. Walaupun ada waktu yang tertera tapi tiket bisa berlaku untuk seharian.

Di Izmir ada dua stasiun kereta yaitu Stasiun Basmane dan Stasiun Alsancak. Untuk menujuk Ephesus anda akan naik kereta dari Basma untuk tujuan selcuk. Jadwal kereta ada setiap 3 jam sekali. Untuk perjalanan yang nyaman dan untuk menikmati perjalanan disarankan untuk mengambir jadwal keberangkatan jam 9 pagi. Ada banyak hal yang anda harus lihat di Ephesus. Lima jam saja tidak cukup untuk mengelilinginya.

Ketika membeli tiket kereta sebut saja Ephesus nanti dia akan memberikan tiket sesuai ke tempat itu. Untuk memastikan, nanti anda akan turun di staisum Selcuk. Kalau masih belum jelas, di stasiun Basmane ada Information Center tersedia dalam bahasa Inggris. Anda bisa menanyakan semua hal yang anda butuhkan tentang perjalanan ini disana.

Ketika sampai di stasiun Selcuk anda masih harus berjalan sekitar 100 km menuju otogar atau terminal. Darisana anda akan menaiki dolmus (super mini bus) menuju reruntuntuhan Ephesus. Tak akan lama. Hanya sekitar 20 menit anda langsung sampai ketujuan.

Untuk memasuki Ephesus anda akan membayar sekitar 40 TL alias 200 ribu rupiah. Untuk mahasiswa asing yang kuliah di Turki ada keistimewaan, bisa membuat kartu museum dengan harga yang lumayan murah, hanya 20TL alias 100 ribu. Dan ini bisa digunakan selama setahun. Gratis selama setahun untuk mengunjungin museum-museum yang ada di Turki termasuk Top Kapi, istana peninggalan kerajaan Utsmani yang di Istanbul, bersebelahan dengan Hagia Sophia.
Dan muze kart juga berlaku untuk masuk ke Hagia Sophia.

Selamat menikmati kemegahan banguan Yunani walaupun hanya tinggal reruntuhanny saja..



#7. Perjalanan Panjang Mengkhatamkan Al-Quran


Semua orang, setiap ramadhan tiba, pasti memiliki motifasi atau niat untuk mengkhatamkan Al-quran.

Sempat nggak percaya diri untuk bisa khatam ramadhan kali ini. Dengan estimasi bahwa (akan) mecoba kerja selama musim panas termasuk bulan puasa. Untuk itu, sebelum ramadhan, sudah punya program sendiri. Menghatamkan Al-qur'an beserta artinya. Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk khatam. Tapi waktu itu nggak ada target khusus. Hanya mengusahakan diri untuk membaca minimal empat halaman dalam sehari. Alhamdulillah beberapa minggu setelah ujian akhir (final) akhirnya khatam.

Mengingat rencana awal untuk bekerja gagal akhirnya mengikrarkan niat baru lagi. "Harus bisa khatam!"

Di hari pertama puasa berusaha untuk baca dengan perlahan. Baca satu juz sehari. Tapi seiring waktu dengan banyaknya undangan buka puasa dirumah keluarga Turki dan juga buka puasa bersama mahasiswa Indonesia, bacaan Al-quran jadi kececer. Jadi tak terarur. Kadang baca, kadang nggak. Kadang sehari bisa baca lebih dari satu juz, terkadang juga gak baca sama sekali. Mulailah percaya diri hilang. Bisikan untuk nggak bisa khatam terdengar lagi. "Ya sudahlah, kamu nggak akan khatam kali ini."

Ambisi untuk mengkhatamkan Alquran hilang tapi masih berusaha untuk membaca. Yang penting baca dulu. Minggu ketiga saja belum lewat juz 20.

Tapi Alhamdulillah beberapa hari terakhir berusaha lebih giat. Sehari kadang menghabiskan dua juz. Tadinya siang hari nggak bisa baca karena perut kelaparan. Mulut kering. Tapi sekarang berusaha untuk nggak menajadikan itu alasan.

Rutinitas yang tak terdugapun tercipta. Baca setelah buka puasa satu juz dan setelah sahur satu juz lagi. Terus diminggu ketika ditambah lagi setelah shalat duha dan setelah zuhur. Alhamdulillah kemarin hari kamis tanggal 24 juli 2014 sudah khatam.

Terlepas dari semua pendapat tentang mengkhatamkan Alquran. Ada yang mengatakan bahwa mengkhatamkan bukanlah suatu kewajiban. Yang terpenting adalah memahami. Tapi untuk kali ini saya ingin mengatakan bahwa, meskipun saya tidak memahami 100% apa yang saya baca, ada hal lain yang saya dapat yaitu lelegaan dan rasa bahagia yang tak ternilai harganya.

Lega karena telah mampu mengalahkan hawa nafsu yang tak hentinya menggoda untuk melakukan hal lain. Lega karena Allah masih memberikan kesempatan untuk dekat dengannya. Lega karena bulan puasa bisa dipergunakan untuk hal-hal positif.

Secara fisik memang tidak dapat apa-apa. Tapi ada kebahagiaan yang tak ternilai yang tercipta tanpa sebab. Mungkin ini hadiah dari Allah..

Ramadhan tinggal dua hari lagi. Sampai jumpa ramadhan. Andai saja kamu tahu betapa kami menginginkan untuk selalu bersamamu. Terimakasih telah menciptakan satu bulan yang paling indah dalam hidupku. Terimakasih telah menanggalkan segala kesemrautan yang sering terjadi dibulan-bulan lain. Walaupun sangat berbeda dari tahun ketika kami masih bersama kerluarga, tapi kau tetap kami rindukan. Kehadiranmu adalah anugerah bagi kami. Semoga kita bisa bertemu lagi ditahun selanjutnya. :)

#8. Jalan-jalan ke Ephesus


Tak pernah ada bayangan untuk jalan-jalan, disiang bolong, lagi puasa pula, dan ituke Ephesus. Dan tidak mungkin juga untuk jalan-jalan dimalam hari.

Tiba-tiba di sore hari, setelah selesai berbuka puasa, ada telepon masuk dan itu dari mas Bayu, salah satu mahasiswa Indonesia di Izmir. Tiba-tiba dia menawarkan untuk jalan-jalan ke Ephesus. Katanya, dia sudah beli tiket kereta tapi karena ada suatu halangan dia tidak jadi pergi. Sedangkan alasan awalnya ke Ephesus adalah untuk menemani temannya yang baru datang dari Prancis yang khusus datang ke Turki untuk jalan-jalan.

Setelah pikir panjang akhirnya akupun mengiyakan. Sejak dulu aku memang sudah punya rencana untuk main kesana. Hanya saja belum mendapatkan kesempatan dan waktu yang tepat. "mungkin sekarang adalah waktu yang tepat," pikirku.

Waktu sudah bilang iya aku jadi ingat kalau muze kart (kartu musiumku) sudah expired. Sebenarnya tidak terlalu mahal untuk memperpanjang. Hanya 20TL tapi saat ini aku benar-benar lagi tidak punya uang. Setelah menceritakan nasib muze kart- ku akhirnya dia menyanggupi biaya perpanjangannya. Katanya, biar uangnya dia yang beri. Ya sudah, kataku. Rasanya tak ada lagi alasan untu menolak pergi. Hanya saja cuaca musim panas kali ini, ditambah fakta bahwa saat ini saya sedang puasa, meragukan. Apakah akan sanggup berjalan. Apapun alasannya puasa tidak boleh batal!

Untuk menuju Ephesus bisa menaiki kereta dari Izmir. Butuh waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai ke tempat tujuan. Nah, karena jadwal untuk pergi ke Ephesus adalah besok pagi sedangkan tiket kereta masih di mas Bayu. Mas Bayu tinggal di asrama, sementara saya tinggal dirumah teman yang jaraknya lumayan jauh. Setelah berpikir panjang akhirnya si-tiket dititipkan ketemannya mas Bayu yang kebetulan besok pagi akan kekampus melewati stasiun kereta itu. Kami janjian untuk ketemu disana maksimal jam 9.00 sudah disana. Karena kereta berangkat jam 9.00.

Ternyata teman mas Bayu telat datang 5 menit setelah kereta pergi. Mba Mutiya, temannya mas Bayu, juga sudah naik dalam kereta yang berarti kami nggak pergi bersama. Lebih-lebih dia, mba Mutia, nggak punya nomor HP Turki yang membuat urusan makin rumit. Sebenarnya tidak ada yang parah, hanya saja dia tidak bisa berbahasa Turki, yang mungkin akan sulit untuk jalan-jalan.

Mau tidak mau akhirnya saya harus menaiki kereta jam selanjutnya. Setelah bertanya ke petugas stasiun katanya jam selanjutnya itu jam 11.20, yang berarti mba Mutia akan menunggu selama dua jam di stasium Selcuk, Ephesus. Untungnya dia usaha untuk beli kartu telepon umum untuk menghubungi saya . Kalau tidak mungkin kami akan jalan sendiri-sendiri.

Oh iya teman mas Bayu itu mahasiswa S2 di Prancis yang dengan ikut student exchange untuk program double degree. Dia cerita kalau dia sudah setahun di Prancis dan study-nya sudah selesai. Sebelumnya dia juga sudah kuliah setahun di ITB selama setahun yang berarti nanti dia akan dapat dua ijazah. Dari kampus asal (ITB) dan juga kampus tamu (yang di Prancis.)

Di Turki dia lagi jalan-jalan "sebelum pulang kampung," katanya. Sebelumnya dia juga sudah ke Maroko, Spanyol dan negara-negara lainnya.

*******

Ephesus adalah salah satu reruntuhan kota tua Yunani yang berjarak sekitar satu setengah jam, jalur kereta, dari Izmir. Untuk menuju kesana anda perlu mengeluarkan budget cukup murah, sekitar 6 TL sekali jalan. Kalau dirupiahkan sekitar 30 ribu. Untuk mempermudah perjalanan, disarankan untuk membeli tiket PP sekalian. Tidak perlu pusing, jam di tiket bukan patokan. Walaupun ada waktu yang tertera tapi tiket bisa berlaku untuk seharian.

Di Izmir ada dua stasiun kereta yaitu Stasiun Basmane dan Stasiun Alsancak. Untuk menujuk Ephesus anda akan naik kereta dari Basma untuk tujuan selcuk. Jadwal kereta ada setiap 3 jam sekali. Untuk perjalanan yang nyaman dan untuk menikmati perjalanan disarankan untuk mengambir jadwal keberangkatan jam 9 pagi. Ada banyak hal yang anda harus lihat di Ephesus. Lima jam saja tidak cukup untuk mengelilinginya.

Ketika membeli tiket kereta sebut saja Ephesus nanti dia akan memberikan tiket sesuai ke tempat itu. Untuk memastikan, nanti anda akan turun di staisum Selcuk. Kalau masih belum jelas, di stasiun Basmane ada Information Center tersedia dalam bahasa Inggris. Anda bisa menanyakan semua hal yang anda butuhkan tentang perjalanan ini disana.

Ketika sampai di stasiun Selcuk anda masih harus berjalan sekitar 100 km menuju otogar atau terminal. Darisana anda akan menaiki dolmus (super mini bus) menuju reruntuntuhan Ephesus. Tak akan lama. Hanya sekitar 20 menit anda langsung sampai ketujuan.

Untuk memasuki Ephesus anda akan membayar sekitar 40 TL alias 200 ribu rupiah. Untuk mahasiswa asing yang kuliah di Turki ada keistimewaan, bisa membuat kartu museum dengan harga yang lumayan murah, hanya 20TL alias 100 ribu. Dan ini bisa digunakan selama setahun. Gratis selama setahun untuk mengunjungin museum-museum yang ada di Turki termasuk Top Kapi, istana peninggalan kerajaan Utsmani yang di Istanbul, bersebelahan dengan Hagia Sophia.
Dan muze kart juga berlaku untuk masuk ke Hagia Sophia.

Selamat menikmati kemegahan banguan Yunani walaupun hanya tinggal reruntuhanny saja..





#5. Teaching by Doing

Mengajarkan sesuatu tidak melulu harus dengan teori. Alangkah lebih baik apabila teori yang diajarkan dibarengi dengan contoh. "Teaching by doing." Anak-anak akan lebih mudah memahami dan mengikuti apa yang diajarkan. Kalau ingin mengajarkan shalat maka tunjukkanlah dikehudipan sehari-sehari. Berikan contoh. Laksanakan shalat lima waktu. Dengan melihat anda melakukannya anak dengan sendirinya akan terbiasa dan termotifasi untuk melakukannya juga. Dengan ikut melakukan apa yang diajarkan, anak akan lebih mudah untuk memahami dan menerima ajaran itu. 

Sebaliknya apabila anda hanya menuntutnya melakukan tanpa memberikan contoh makan mustahil dia akan melakukannya juga. Mungkin dia akan melakukan tapi itu hanya didepan anda. Dibelakang ada ia mencuri-curi untuk tidak melakukan.
 *****

Suatu sore, setelah buka puasa, kami diajak shalat di atap apartemen. Kali ini atapnya biasa saja. Atap dialih funsikan hanya untuk tempat berkumpul. Diatap ini kami melakukan shalat magrib dan setelahnya duduk santai sambil nge-cay. 

Tuan rumah yang mengajak kami buka puasa kali ini adalah seorang pengusaha. Ia memiliki toko furniture tak jauh dari rumah tinggalnya. Ia memiliki 5 anak yang juga bekerja bersamanya. Dan apartemen yang sekarang sedang kami kunjungi adalah miliknya semua. Kalaupun bukan dia, penghuni disana adalah keluarganya semua. 

Ia berkisah, diwaktu ia kecil tepat dibulan ramadhan seperti ia mendapatkan suatu pelajaran yang sangat berharga. Ketika semua warung makan tutup ada seorang lelaki tua non-muslim yang sedang mencari tempat makan. Namun tak ada satu pun warung makan yang buka. Kebetulan keluarga sibapak ini memiliki rumah makan. Ia juga sama dengan pemilik warung makan lainnya, tutup disiang hari ketika bulan ramadhan. 

Walaupun begitu sang ayah tidak tega meliha lelaki itu. Ia menyuruh sang anak untuk mengambil makanan dari rumah. Sang anak yang hidup dilingkungan relijius tidak mengerti kenapa sang ayah memintanya melakukan hal itu. Ia tak bisa menolak sang ayah.
"Kenapa ayah memberinya makan? Bukankah ini bulan puasa. Kenapa harus memberi makan orang kafir?"

Dengan seksama sanga ayah menjelaskan "kamu lihat kan semua warung makan tutup. Sedangkan dia butuh makan. Kalau kita tidak memberinya makan lalu bagaimana? Kita tidak tahu sudah berapa lama dia belum makan. Bukankan islam adalah agama rahmatan lil alamin?"
Sejak saat itu ia menanamkan pelajaran itu didalam hati bahwa membantu orang adalah hal yang baik. Tak perlu melihat warna untuk memberikan kebaikan.


#6. TAUHID


Tiba-tiba ia mengosongkan gelas yang ada dihadapannya. "Kamu lihat ini?" Lalu ia menelungkupkan gelas itu dan bertanya "apa yang ada dalam gelas ini?"

"Udara," jawab seorang yang ada disampingnya.

"Bagaimana kamu tahu ada udara disana sedangkan tak ada warna atau rasa yang bisa menunjukkan bahwa udara benar-benar ada disana?"

Mereka duduk dalam diam…………..

Lima menit kemudian.

"Kalau kau percaya ada udara disana walaupun matamu tidak melihat apa-apa, lalu kenapa begitu sulit mempercayai tuhan?"

Hening….

#4. Parenting Style

Tema awal buka puasa memang untuk makan-makan. Tapi akan lebih indah ketika makan-makan juga bisa menghasilkan hikmah yang bisa dipentik. Bagi tuan rumah memberi makan untuk para perantau seperti kami adalah suatu kebahagian. Bagi kami juga diberi makan adalah suatu berkah.

Suatu hari kami di undang berbuka dirumah salah satu keluarga Turki. Rumahnya cukup unik. Letaknya dilantai paling atas. Atap apartemen juga masih bagian dari rumahnya. Dibagian atap apartmen sudah diubah fungsikan menjadi ladang jadi-jadian. Dia menanam tomat dan anggur disana. Waktu itu anggurnya sudah mulai berbuah. Prediksiku tiga minggu lagi sudah siap untuk dipanen.

Seperti biasa setelah shalat magrib si tuan rumah menyuguhkan cay dan perbincanganpun dimulai. Ia mengeluhkan anaknya yang kuliah tidak lulus-lulus. Dia bingung harus bagaimana. Apalagi sang anak adalah tipe anak yang tertutup. Ketika ditanya tentang kampusnya ia menjawab sesuai kejadian, apakah pelajaran-perlajarannya lewat atau tertinggal.

Sebagai ayah dia sangat peduli. Dia juga menegaskan bahwa dia tidak mungkin terlalu mencampuri anaknya. Apalagi sampai membanding-bandingkannya dengan orang lain yang lebih rajin atau lebih berprestasi. Katanya, itu hanya akan merusak psikologisnya.

Dia menutup curhatanya dengan mengatakan "sekarang kalian sudah dewasa. Kalian lebih tahu apa yang harus ia lakukan. Kami, orangtua, hanya bisa berdoa."

Posisi sebagai orangtua memang serba salah. Disatu sisi ia ingin melihat anaknya sukses tapi disi lain ia juga tidak ingin terlalu memaksanya. Inilah sebabnya untuk menjadi orangtua yang baik, seseorang harus memahami psikogis anak.

Tidak semua anak bisa menerima sistem parenting yang keras. Kalau si anak adalah anak bandel maka ia perlu dimarahi, dihukum kalau perlu. Namun, kalau si anak adalah si pendiam (introvert) maka sistem pendekatannya harus berbeda. Bisa saja dia memiliki masalah di kehidupan sosial. Dengan orang sekitarnya. Di bully dan lain-lain.

******
Bapak B memiliki kasus yang berbeda. Dia merasa bersalah karena sang anak memiliki antusias belajar yang sangat tinggi. Tapi nasib menjadikannya orang yang kurang mampu secara finansial, yang berarti ia tak mampu menuruti keinginan belajar anak yang sangat tinggi. Apalagi kenyataannya adalah untuk mendapatkan pendidikan yang baik uang adalah modal utamanya.

Ia tak henti-henti menyalahkan dirinya. Menyalahkan nasib yang telah menajadikannya miskin. Seandainya ia adalah orang yang mampu, saat ini ia pasti telah menyediakan buku dan fasilitas yang memadai lainnya untuk menunjang pendidikan sang anak.

Si anak juga diam-diam memiliki perasaan yang sama. Ia sangat berharap seandainya sang ayah bisa lebih mapan. Bisa menyediakannya fasilitas yang ia butuhkan. Minimal buku bacaan.

"Seandainya dulu aku bisa lebih rajin, bisa lebih serius bersekolah, pasti aku tidak akan begini. Pasti aku tidak akan mewariskan nasib ini. Walaupun aku yakin dia punya jalan sendiri untuk merubah nasibnya. Setidaknya kalau aku lebih beruntung, kemungkinan dia menjadi orang beruntung akan lebih besar."
#3. Ramadhan di Turki, Rasa [Tetap] Indonesia

Tak ada perencanaan khusus yang terlintas di benakku tentang ramadhan, sedikitpun. Yang menghantui pikiranku sejak tiga bulan sebelum ujian akhir adalah apa yang akan ku kerjakan semasa liburan musim panas. Aku sudah tahu jawabannya sejak lama, KERJA. Selain permasalan finansial yang membelit, kerja juga kubutuhkan untuk menghilagkan kebosanan. Libur selama tiga bulan bukanlah waktu yang sedikit. Pulang ke Indonesia pun tidak.

Mulailah otak ku bekerja siang malam memikirkan bagaimana caranya mendapat pekerjaan.

Suatu hari, selesai shalat jumat, aku mampir ke salah satu warung kebab. Sebutlah ini tempat langgananku. Walaupun aku kesanan hanya ketika aku benar-benar punya uang lebih. Tak ada waktu khusus, apalagi rutin. Kesana hanya ketika ada uang lebih atau ketika sangat kelaparan.

Aku memilih naik ke lantai dua warung itu. Lantai pertama sudah dipenuhi orang-orang. Ku akui masakan warung ini memiliki cita rasa yang khas. Itulah mengapa setiap hari tak pernah sepi dikunjungi pelanggan. Itulah mengapa ia memiliki banyak sekali garson atau pelayan.

Berbicara tentang pelayan, di warung inilah aku ketemu dengan seseorang yang juga bekerja sebagai pelayan restoran. Bedanya dia bisa berbicara bahasa Inggris. Itupun ku tahu setelah berbincang dengannya. Awalnya aku tak tertarik, "pasti pertanyaannya itu-itu saja." Ternyata dia beda. Apalagi ketika mengetahui bahwa dia mampu berbahasa Inggris, bahkan lebih fasih dari teman sekelasku.

Rasanya tidak mungkin kalau dia yang bisa berbahasa Inggris sefasih itu bekerja hanya sebagai pelayan. Berawal dari keingintahuan aku pun bertanya. Katanya dia kerja di tempat-tempat pariwisata. Itulah yang mengilhaminya kemahiran berbahasa Inggris. Yang paling melekat di benakku adalah kata "Bodrum," salah satu tempat wisata yang paling prestige di Turki. Tempat para bangasawan Eropa melancong, dan dia bekerja disana.

Radar ingin kerjaku langsung memancarkan signal. "Adakah kemungkinan untuk ku bekerja disana," tanyaku. "Hubungi saja nanti kalau sudah libur," jawabnya. Namun ketika waktu libur tiba, setelah keinginan bekerjaku ku utarakan, tak ada juga kepastian. Dia tak lebih dari para pemberi pekerjaan lainnya ketika tak tertarik dengan si pelamar. "Nanti akan dihubungi" yang berarti "anda ditolak!."

Aku tak putus asa disana. Karena niat ingin bekerja sudah tertanam sejak lama dan aku juga benar-benar sudah mantap ingin bekerja. Aku pun belari ke plan B, Izmir. "Aku bisa cari pekerjaan disana," kataku penuh antusias.

Dua minggu di Izmir tak juga ada bayangan akan dapat pekerjaan. Sehari sebelum puasa aku melamar pekerjaan di salah satu warung China. Dari cara dia berbicara, aku melihat ada potensi untuk diterima tapi ternyata dia sudah ahli disana. Ahli dalam menolak pelamar dengan cara halus. Padahal ia juga memuji niat ku untuk bekerja, "mahasiswa yang ingin bekerja itu adalah hal yang bagus."

Aku juga sempat mengisi formulir di KFC. Untuk yang satu ini aku sudah siap untuk ditolak. Dari caranya memberi formulir saja sudah tak meyakinkan. Atau dia yang sudah tidak yakin dari awal dengan pertemuan ini sehingga ia merasa tak perlum bermanis-manis.

Sekarang aku terjabak di suasana yang memilukan. Awalnya Izmir hanya tempat transit atau kalaupun akan tinggal di Izmir setidaknya bukan hanya duduk dirumah. Apalagi aku nginap di apatemen orang. Ini adalah keadaan yang memalukan. Aku juga tak sempat izin secara personal untuk tinggal lama. Terimakasih mas Maulana atas tumpangan rumahnya. Maaf telah merepotkan. :) Sampai saat ini juga masih numpang. :lx

Bulan puasa tiba dan keajaiban pun hadir. Kami banyak diundang buka puasa kerumah keluarga Turki dan kami pun, mahasiswa dan keluarga Indo-Turki, tak ketinggalan untuk membuat acara buka puasa bersama.

Buka Puasa di Rumah Kelurga Bapak dan Ibu Ayu Eka Kiliç


Minggu awal ramadhan kami mengadakan buka puasa dirumah bu Ayu, salah satu gelin (sebutan untuk para pendatang yang menikah dengan warga Turki.) Di acara buka puasa ini dia juga ingin mengadakan doa untuk acara kelahiran anak pertamanya dan alhamdulillah beberapa hari lalu sudah lahir.

Diminggu kedua juga kami masih mengadakan buka bersama dirumah salah satu ibu yang baru kami kenal dihari yang sama. Menurut cerita yang dia sampaikan, dia baru tujuh bulan berada di Turki.Dan yang terkahir kemarin kami baru mengadakan buka bersama dirumah teteh Iis.

Kami ucapkan terimakasih untuk ketiga orang baik ini. Terimakasih makanannya. Terimakasih telah menciptakan suasana seperti ini.

Acara buka puasa seperti ini adalah obat mujarab bagi kami mahasiswa Indonesia. Beberapa dari kami ada yang sudah meninggalkan kampung halaman selama dua tahun, termasuk saya, tanpa pernah pulang sekalipun.

Yang dicari dari acara ini selain makanan Indonesia yang sudah lama tak bersentuhan adalah rasa kekeluargaan. Tak berada disekeliling keluarga telah menghilangkan rasa asli dari ramadhan itu sendiri. Setidaknya dengan adanya acara seperti ini, kami telah mencoba untuk menghadirkan kembali rasa yang pernah ada ketika berada ditanah air. Ramadhan yang pernuh dengan berkah kekeluargaan.

Semoga ini tetap berlangsung hingga lebaran tiba. Jangan ada air mata dihari bahagia.

*****
Ramadhan yang tak pernah ada dalam agenda perencanaanku ternyata adalah yang telah menghadirkan kebahagiaan untukku. Allah mungkin ingin mengingatkanku bahwa akhirat sama pentingnya dengan dunia. Keinginan mencari duit tidak serta merta dapat melupakan kita untuk akhirat. Bahkan Allah menghiburku melalui keluarga baruku, keluarga Besar Mahasiswa Indonesia Izmir (PPI Izmir.) Beberapa minggu terakhir adalah hari krisis bagiku, kangen keluarga. Ini adalah tahun ketigaku tak berpuasa bersama keluarga.

Untuk saat ini aku ingin hidup untuk masa kini dulu. Menikmati bulan ramadhan yang akan segera berakhir. Menikmati berkah berkumpul dengan teman-teman Indonesia, yang kalau sekolah sudah mulai, akan sangat sulit untuk berkumpul. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Apalagi aku sendiri terasing di Manisa.

Terimakasih ya Allah atas segalanya. Tapi aku masih memohon untuk diberikan jalan untuk dapat pekerjaan. Libur musim panas masih sebulan setengah lagi. Amin...